Tim nasional sepak bola Indonesia
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Tim nasional sepak bola Indonesia
 |
Pelatih |
- |
Asisten Pelatih |
- |
Kapten |
Boaz Solossa |
Penampilan terbanyak |
Bambang Pamungkas (85) |
Pencetak gol terbanyak |
Soetjipto Soentoro (57) |
Kode FIFA |
IDN |
Peringkat FIFA |
165 ▲ 0 (6 Juni 2015) |
Peringkat FIFA tertinggi |
76 (September 1998) |
Peringkat FIFA terendah |
171 (Oktober 2015) |
Peringkat Elo |
156 |
Peringkat Elo tertinggi |
35 (November 1969) |
Peringkat Elo terendah |
156 (4 Desember 1995) |
|
|
Pertandingan internasional pertama |
Hindia Belanda 7-1 Jepang
(Manila, Filipina; 13 May 1934)[1] |
Kemenangan terbesar |
Indonesia 12–0 Filipina 
(Seoul, Korea Selatan; 22 September 1972)
Indonesia 13–1 Filipina 
(Jakarta, Indonesia; 23 Desember 2002) |
Kekalahan terbesar |
Bahrain 10–0 Indonesia 
(Riffa, Bahrain, 29 Februari 2012) |
Piala Dunia |
Penampilan |
1 (pertama kali pada 1938) |
Hasil terbaik |
Babak 1 (1938, sebagai Hindia Belanda) |
Piala Asia |
Penampilan |
4 (pertama kali pada 1996) |
Hasil terbaik |
Babak 1 (1996, 2000, 2004, 2007) |
Piala Suzuki AFF |
Penampilan |
10 (Pertama kali pada 1996) |
Hasil terbaik |
Peringkat 2 (2000, 2002, 2004, 2010) |
Tim nasional sepak bola Indonesia adalah tim yang mewakili
Indonesia di
sepak bola internasional. Tim ini dikontrol oleh
Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia dan merupakan anggota dari
Konfederasi Sepak Bola Asia. Sebelum kemerdekaan pada 1945, tim ini menggunakan nama
tim nasional sepak bola Hindia Belanda. Dengan nama itulah, tim ini bermain di
Piala Dunia FIFA 1938 di
Perancis, di mana mereka kalah dari
Hongaria di putaran pertama dan belum pernah lolos lagi sampai saat ini.
Sejarah
Pada tahun 1930-an, di
Indonesia berdiri tiga organisasi sepak bola berdasarkan suku bangsa, yaitu Nederlandsch Indische Voetbal Bond (
NIVB) yang lalu berganti nama menjadi Nederlandsch Indische Voetbal Unie (
NIVU) pada tahun
1936 milik bangsa
Belanda,
Hwa Nan Voetbal Bond (
HNVB) milik seseorang yang berketurunan
Tionghoa, dan
Persatoean Sepakraga Seloeroeh Indonesia milik bumiputra.
Nederlandsch Indische Voetbal Bond (
NIVB) sebuah organisasi sepak bola orang-orang
Belanda di
Hindia Belanda menaruh hormat kepada PSSI lantaran
SIVB yang memakai bintang-bintang dari
NIVB kalah dengan skor 2-1 melawan
VIJ.
NIVU yang semula memandang sebelah mata
PSSI akhirnya mengajak bekerjasama. Kerjasama tersebut ditandai dengan penandatanganan
Gentlemen’s Agreement pada 15 Januari 1937. Pascapersetujuan perjanjian ini, berarti secara
de facto dan
de jure Belanda mengakui
PSSI. Perjanjian itu juga menegaskan bahwa
PSSI dan
NIVU menjadi pucuk organisasi
sepak bola di
Hindia Belanda. Salah satu butir di dalam perjanjian itu juga berisi soal tim untuk dikirim ke
Piala Dunia, di mana dilakukan pertandingan antara tim bentukan
NIVU melawan tim bentukan
PSSI sebelum diberangkatkan ke
Piala Dunia (semacam seleksi tim). Tapi
NIVU melanggar perjanjian dan memberangkatkan tim bentukannya.
NIVU melakukan hal tersebut karena tak mau kehilangan muka, sebab
PSSI pada masa itu memiliki tim yang kuat. Dalam pertandingan internasional,
PSSI membuktikannya. Pada
7 Agustus 1937 tim yang beranggotakan, di antaranya
Maladi,
Djawad,
Moestaram,
Sardjan, berhasil menahan imbang 2-2 tim
Nan Hwa dari
Cina di
Gelanggang Union,
Semarang. Padahal
Nan Hwa pernah menyikat kesebelasan
Belanda dengan skor 4-0. Dari sini kedigdayaan tim
PSSI mulai kesohor.
Atas tindakan sepihak dari
NIVU ini,
Soeratin Sosrosoegondo, ketua
PSSI yang juga aktivis gerakan nasionalisme
Indonesia,sangat geram. Ia menolak memakai nama
NIVU. Alasannnya, kalau
NIVU diberikan hak, maka komposisi materi pemain akan dipenuhi orang-orang
Belanda. Tapi
FIFA mengakui
NIVU sebagai perwakilan dari
Hindia Belanda. Akhirnya
PSSI membatalkan secara sepihak perjanjian Gentlemen’s Agreement saat Kongres di
Solo pada
1938.
Maka sejarah mencatat mereka yang berangkat ke
Piala Dunia Perancis 1938 mayoritas orang
Belanda. Mereka yang terpilih untuk berlaga di
Perancis,
yaitu Bing Mo Heng (kiper), Herman Zommers, Franz Meeng, Isaac
Pattiwael, Frans Pede Hukom, Hans Taihattu, Pan Hong Tjien, Jack
Sammuels, Suwarte Soedermadji, Anwar Sutan, dan
Achmad Nawir (kapten). Mereka diasuh oleh pelatih sekaligus ketua
NIVU,
Johannes Mastenbroek. Mo Heng, Nawir, Soedarmadji adalah pemain-pemain pribumi yang berhasil memperkuat kesebelasan
Hindia Belanda, tetapi bertanding di bawah bendera kerajaan Nederland.
[2]
Indonesia pada tahun
1938 (pada masa penjajahan
Belanda) sempat lolos dan ikut bertanding di
Piala Dunia 1938. Waktu itu
Tim Indonesia di bawah nama
Dutch East Indies (
Hindia Belanda), peserta dari
Asia yang pertama kali lolos ke
Piala Dunia.
Indonesia tampil mewakili zona Asia di kualifikasi grup 12. Grup kualifikasi
Asia untuk
Piala Dunia FIFA 1938 hanya terdiri dari 2 negara,
Indonesia (
Hindia Belanda) dan
Jepang karena saat itu dunia
sepak bola Asia memang hampir tidak ada. Namun,
Indonesia akhirnya lolos ke final
Piala Dunia 1938 tanpa harus menyepak bola setelah
Jepang mundur dari babak kualifikasi karena sedang berperang dengan
Cina.
Pada waktu itu tim ini menggunakan seragam berwarna oranye dan
bercelana putih seperti warna seragam yang dipakai kesebelasan Belanda.
[3]
Skuat Piala Dunia 1938
Pelatih:
Johannes Christoffel Jan Mastenbroek.
Pertandingan melawan Hongaria
Pada 5 Juni 1938, sejarah mencatat pembantaian tim Hungaria terhadap Hindia Belanda. Mereka bermain di
Stadion Velodrome Municipale,
Reims,
Perancis. Sekitar 10.000 penonton hadir menyaksikan pertandingan ini.
Sebelum bertanding, para pemain mendengarkan lagu kebangsaan
masing-masing. Kesebelasan Hindia Belanda mendengarkan lagu kebangsaan
Belanda
Het Wilhelmus.
Karena perbedaan tinggi tubuh yang begitu mencolok, walikota Reims
menyebutnya, "saya seperti melihat 22 atlet Hungaria dikerubungi oleh 11
kurcaci."
Meski strategi tak bisa dibilang buruk, tapi Tim Hindia Belanda tak
dapat berbuat banyak. Pada menit ke-13, jala di gawang Mo Heng bergetar
oleh tembakan penyerang Hongaria Vilmos Kohut. Lalu hujan gol
berlangsung di menit ke-15, 28, dan 35. Babak pertama berakhir 4-0.
Nasib Tim Hindia Belanda tamat pada babak kedua, dengan skor akhir 0-6.
Pada saat itu Piala Dunia memakai
sistem gugur.
Meskipun kalah telak, surat kabar dalam negeri,
Sin Po,
memberikan apresiasinya pada terbitan mereka, edisi 7 Juni 1938 dengan
menampilkan headline: "Indonesia-Hongarije 0-6, Kalah Sasoedahnja Kasi
Perlawanan Gagah".
[4]
Setelah penampilan perdana itu, Indonesia tidak pernah lagi masuk babak pertama
Piala Dunia FIFA, dengan hasil paling memuaskan adalah Sub Grup III Kualifikasi
Piala Dunia FIFA 1986.
Ketika itu Indonesia hampir lolos ke Piala Dunia 1986 tetapi Indonesia
kalah di partai final kualifikasi melawan Korea Selatan dengan agregat
1-6.
Era 1950
Setelah era
Perang Dunia kedua, pada tahun 1945, Indonesia memproklamasikan kemerdekaan mereka pada tanggal 17 Agustus 1945.
Setelah itu,
sepak bola Indonesia mengalami kemajuan di Asia. Mereka berhasil lolos ke
Olimpiade Melbourne 1956. Indonesia berhasil melaju ke perempat final dan bertemu dengan raksasa dunia ketika itu,
Uni Soviet yang ketika itu dikapteni oleh kiper terbaik dunia ketika itu,
Lev Yashin.
Ketika itu mereka berhasil menahan Uni Soviet 0-0. Namun pada akhirnya
Indonesia harus kalah dengan skor 4-0 pada pertandingan kedua. Prestasi
ini adalah prestasi tertinggi Indonesia dalam sejarah sepak bola di
Indonesia.
Pada tahun 1958, Indonesia juga merasakan hasil terbaik di
Kualifikasi Piala Dunia 1958 di mana Indonesia berhasil mengalahkan
China pada ronde pertama. Namun mereka menolak untuk bertanding melawan
Israel
pada ronde kedua dikarenakan alasan politis. Sejak saat itu, Indonesia
tidak pernah ikut dalam kualifikasi piala dunia hingga tahun 1970.
Uniknya, setelah bertanding di kualifikasi piala dunia, Indonesia berhasil meraih medali perunggu di
Asian Games 1958 setelah pada perebutan tempat ketiga berhasil mengalahkan
India 4-1.
Era 1960-1970
Pada era ini, lahirlah pesepak bola Indonesia yang terkenal di Asia antara lain
Soetjipto Soentoro,
Max Timisela,
Jacob Sihasale,
Kadir,
Iswadi Idris,
Andjiek Ali Nurdin, dan
Yudo Hadianto. Di antaramereka yang paling fenomenal adalah
Soetjipto Soentoro. Ia adalah pemain tersukses di Indonesia dengan membawa Indonesia menjadi raja sepak bola
Asia.
Ketika itu Indonesia berhasil menjuarai berbagai turnamen yaitu
Turnamen Merdeka 1961,
1962,
1969,
Piala Emas Agha Khan 1966, dan
Piala Raja 1968. Indonesia juga berhasil meraih medali perak dalam
Asian Games 1966.
Bahkan pemain Indonesia ada yang dipanggil
AFC untuk menjadi bagian dari skuat Asia All Stars pada tahun 1967-1968. Mereka adalah
Soetjipto Soentoro yang bertindak sebagai
penyerang bayangan sekaligus sebagai kapten,
Jacob Sihasale sebagai
penyerang tengah,
Iswadi Idris bertindak sebagai
penyerang sayap kanan, dan
Kadir sebagai penyerang sayap kiri. Ketika itu, mereka adalah kuartet tercepat yang pernah dimiliki Indonesia.
Era 1970-1990-an
Era ini merupakan era di mana sepak bola Indonesia masih menjadi negara terkuat di Asia. Indonesia berhasil menjuarai
Piala Pesta Sukan 1972 di
Singapura untuk terakhir kali. Namun Indonesia sempat berjaya ketika mereka berhasil mengalahkan tim asal
Amerika Latin,
Uruguay.
Ketika itu Indonesia berhasil mengalahkan Uruguay dengan skor 2-1.
Beruntung ketika itu, Indonesia memiliki pemain yang bertalenta yang
sangat mumpuni seperti
Ronny Paslah,
Sutan Harhara,
Ronny Pattinasarany,
Risdianto,
Andi Lala,
Anjas Asmara,
Waskito dan pemain bekas angkatan
Soetjipto Soentoro.
Setelah itu sepak bola Indonesia berangsur mengalami penurunan. Terakhir mereka menjuarai
SEA Games 1991 di
Manila,
Filipina. Di kualifikasi
Piala Dunia, prestasi terbaik hanya diraih ketika Indonesia berhasil lolos ke putaran final. Namun harus kandas di tangan
Korea Selatan dengan agregat 1-6.
Di Asian Games, Indonesia berhasil meraih medali perunggu setelah menembus semifinal tetapi kalah dari
Kuwait pada partai perebutan tempat ketiga. Pemain pada masa itu yang terkenal adalah
Ricky Yakobi. Tendangannya volinya yang mengejutkan lawan ketika Indonesia melawan
Uni Emirat Arab dengan jarak yang cukup jauh di luar kotak penalty.
Piala Asia
Di kancah
Piala Asia Indonesia pertama kali tampil di putaran final pada tahun
1996 di
Uni Emirat Arab (UAE). Indonesia berhasil membuat kejutan di pertandingan pertama dengan berhasil menahan imbang
Kuwait 2-2, tetapi akhirnya tersingkir di penyisihan grup setelah kalah 2-4 dari
Korea Selatan dan kalah 0-2 dari tuan rumah
UAE. Indonesia meraih kemenangan pertama pada tahun
2004 di
China setelah menaklukkan
Qatar 2-1. Yang kedua diraih ketika mengalahkan
Bahrain dengan skor yang sama tahun
2007, saat menjadi tuan rumah turnamen bersama
Malaysia,
Thailand, dan
Vietnam.
Piala AFF
Di kancah
Asia Tenggara sekalipun, Indonesia belum pernah berhasil menjadi juara
Piala AFF
(dulu disebut Piala Tiger) dan hanya menjadi salah satu tim unggulan.
Prestasi tertinggi Indonesia hanyalah tempat kedua pada tahun 2000,
2002, dan 2004, dan 2010 (dan menjadikan Indonesia negara terbanyak
peraih
runner-up dari seluruh negara peserta Piala AFF). Di ajang
SEA Games pun Indonesia jarang meraih medali emas, yang terakhir diraih
tahun 1991.
Kostum
Jersey tim sepakbola Indonesia pada tahun 1981
Kostum tim nasional Indonesia tidak hanya
merah-
putih sebab ada juga putih-putih, biru-putih, dan hijau-putih. Menurut
Bob Hippy, yang ikut memperkuat timnas sejak tahun
1962 hingga
1974, kostum Indonesia dengan warna selain merah-putih itu muncul ketika
PSSI mempersiapkan dua tim untuk
Asian Games IV-
1962,
Jakarta.
Saat itu ada dua tim yang diasuh pelatih asal
Yugoslavia,
Toni Pogacnic, yakni
PSSI Banteng dan
PSSI Garuda. Yang Banteng, yang terdiri dari pemain senior saat itu, seperti
Maulwi Saelan,
Djamiat Dalhar, dan
Tan Liong Houw, selain menggunakan kostum merah-putih juga punya kostum hijau-putih. Sedangkan tim Garuda, yang antara lain diperkuat
Omo,
Anjik Ali Nurdin, dan
Ipong Silalahi juga dilengkapi kostum biru-putih. Tetapi, setelah terungkap kasus suap yang dikenal dengan "
Skandal Senayan", sebelum Asian Games IV-1962, pengurus
PSSI
hanya membuat satu timnas. Itu sebabnya, di Asian Games IV-1962, PSSI
sama sekali tidak mampu berbuat apa-apa karena kemudian kedua tim itu
dirombak. Selanjutnya digunakan tim campuran di
Asian Games.
Mulyadi (Fan Tek Fong), asisten pelatih klub
UMS, yang memperkuat timnas mulai tahun
1964 hingga
1972, menjelaskan bahwa setelah dari era Asian Games, sepanjang perjalanan timnas hingga tahun
1970-an,
PSSI hanya mengenal kostum merah-putih dan putih-putih. Begitu juga
ketika timnas melakukan perjalanan untuk bertanding di sejumlah negara
di Eropa pada tahun 1965. Saat itu setiap kali bermain, tim nasional
hanya menggunakan merah-putih dan putih-putih dengan gambar Garuda yang
besar di bagian dada hingga ke perut. Seragam hijau-putih kembali
digunakan saat mempersiapkan kesebelasan
pra-Olimpiade 1976, dan kemudian digunakan pada arena
SEA Games 1981 Manila. "Begitu juga ketika Indonesia bermain di Thailand, di mana saat itu Indonesia menjadi runner-up
Piala Raja 1981," kata
Ronny Pattinasarani yang memperkuat
PSSI tahun
1970-
1985.
Di
Piala Asia 2007 yang digelar mulai
8 Juli hingga
Minggu 29 Juli, Nike juga telah mendesain kostum tim nasional
Indonesia,
tetapi kali ini bukan hijau-putih, melainkan putih-hijau. Tentu tetap
dengan detail yang sama, seperti Garuda yang selalu bertengger di dada.
Dan pada kostum Timnas Indonesia terakhir yang dibuat
Nike pada 2010 untuk
Piala Suzuki AFF 2010, motif baru kembali diperkenalkan. Pada kostum ini, terdapat
Burung Garuda
besar yang membentang hampir di seluruh bagian depan kostum yang tidak
berwarna tetapi memiliki garis-garis yang memiliki warna hitam cenderung
abu-abu. Sementara pada kostum kedua yang berwarna
Putih-
Hijau, terdapat motif yang sama, tetapi garis-garis pada burung Garuda berwarna abu-abu muda.
Pembuat kostum
Stadion
Stadion Gelora Bung Karno
Terletak di Jakarta, stadion kandang bagi timnas Indonesia adalah
Gelora Bung Karno yang berkapasitas 88.000 penonton. Stadion ini
merupakan stadion terbesar di Indonesia, stadion terbesar kedua di Asia
Tenggara dan
stadion sepak bola terbesar kesembilan di dunia. Stadion ini dibangun pada tahun 1960 untuk
Asian Games 1962 dan pembangunannya didukung oleh pemerintah
Uni Soviet,
dengan pinjaman lunak sebesar US $ 12,5 juta. Stadion ini selesai
setelah dua tahun dan secara resmi dibuka pada tanggal 24 Agustus 1962.
[5]
Stadion lainnya yang digunakan meliputi:
Rekor turnamen
Rekor penampilan di Piala Dunia FIFA
|
Rekor Penampilan di Piala Dunia FIFA |
Tuan Rumah / Tahun |
Hasil |
Posisi |
M |
S |
K |
GM |
GK |
1930 |
Tidak Ikut |
- |
- |
- |
- |
- |
- |
1934 |
Tidak Ikut |
- |
- |
- |
- |
- |
- |
1938 |
Babak 1 (sebagai Hindia Belanda) |
14 |
0 |
0 |
1 |
0 |
6 |
1950 |
Mengundurkan diri |
- |
- |
- |
- |
- |
- |
1954 |
Tidak Ikut |
- |
- |
- |
- |
- |
- |
1958 |
Mengundurkan diri selama kualifikasi |
- |
- |
- |
- |
- |
- |
1962 |
Mengundurkan diri |
- |
- |
- |
- |
- |
- |
1966 |
Tidak Ikut |
- |
- |
- |
- |
- |
- |
1970 |
Tidak Ikut |
- |
- |
- |
- |
- |
- |
1974 |
Tidak lolos kualifikasi Asia |
- |
- |
- |
- |
- |
- |
1978 |
Tidak lolos kualifikasi Asia |
- |
- |
- |
- |
- |
- |
1982 |
Tidak lolos kualifikasi Asia |
- |
- |
- |
- |
- |
- |
1986 |
Tidak lolos kualifikasi Asia |
- |
- |
- |
- |
- |
- |
1990 |
Tidak lolos kualifikasi Asia |
- |
- |
- |
- |
- |
- |
1994 |
Tidak lolos kualifikasi Asia |
- |
- |
- |
- |
- |
- |
1998 |
Tidak lolos kualifikasi Asia |
- |
- |
- |
- |
- |
- |
2002 |
Tidak lolos kualifikasi Asia |
- |
- |
- |
- |
- |
- |
2006 |
Tidak lolos kualifikasi Asia |
- |
- |
- |
- |
- |
- |
2010 |
Tidak lolos kualifikasi Asia |
- |
- |
- |
- |
- |
- |
2014 |
Tidak lolos kualifikasi Asia |
- |
- |
- |
- |
- |
- |
2018 |
Didiskualifikasi |
|
|
|
|
|
|
2022 |
Belum Diselenggarakan |
|
|
|
|
|
|
Total |
1/19 |
Round 1 |
0 |
0 |
1 |
0 |
6 |
Sejarah final Piala Dunia FIFA 1938 |
Tahun |
Babak |
Nilai |
Hasil |
1938 |
Babak 1 |
Hindia Belanda 0 – 6 Hongaria |
Kalah |
Rekor penampilan di Piala Asia AFC
Tahun |
Hasil |
Poin |
M |
S |
K |
GM |
GK |
1956 |
Tidak ikut |
- |
- |
- |
- |
- |
- |
1960 |
Tidak ikut |
- |
- |
- |
- |
- |
- |
1964 |
Tidak ikut |
- |
- |
- |
- |
- |
- |
1968 |
Tidak lolos kualifikasi |
- |
- |
- |
- |
- |
- |
1972 |
Tidak lolos kualifikasi |
- |
- |
- |
- |
- |
- |
1976 |
Tidak lolos kualifikasi |
- |
- |
- |
- |
- |
- |
1980 |
Tidak lolos kualifikasi |
- |
- |
- |
- |
- |
- |
1984 |
Tidak lolos kualifikasi |
- |
- |
- |
- |
- |
- |
1988 |
Tidak lolos kualifikasi |
- |
- |
- |
- |
- |
- |
1992 |
Tidak lolos kualifikasi |
- |
- |
- |
- |
- |
- |
1996 |
Babak 1 |
3 |
0 |
1 |
2 |
4 |
8 |
2000 |
Babak 1 |
3 |
0 |
1 |
2 |
0 |
7 |
2004 |
Babak 1 |
3 |
1 |
0 |
2 |
3 |
9 |
   2007 |
Babak 1 |
3 |
1 |
0 |
2 |
3 |
4 |
2011 |
Tidak lolos kualifikasi |
- |
- |
- |
- |
- |
- |
2015 |
Tidak lolos kualifikasi |
- |
- |
- |
- |
- |
- |
2019 |
Didiskualifikasi |
- |
- |
- |
- |
- |
- |
Total |
Best: Round 1
|
12 |
2 |
2 |
8 |
10 |
28 |
Rekor penampilan di Kejuaraan Sepak Bola ASEAN
Kompetisi ini dulu dikenal sebagai Tiger Cup sekarang bernama Piala Suzuki AFF
Kejuaraan Sepak Bola ASEAN |
Tahun |
Babak |
Main |
M |
S |
K |
GM |
GK |
1996
|
Juara keempat
|
6
|
3
|
1
|
2
|
18
|
9
|
1998
|
Juara ketiga
|
5
|
2
|
1
|
2
|
15
|
10
|
2000
|
Runner-Up
|
5
|
3
|
0
|
2
|
13
|
10
|
2002
|
Runner-Up
|
6
|
3
|
3
|
0
|
22
|
7
|
2004
|
Runner-Up
|
8
|
4
|
1
|
3
|
24
|
8
|
2007
|
Babak grup
|
3
|
1
|
2
|
0
|
6
|
4
|
2008
|
Semi Final
|
5
|
2
|
0
|
3
|
8
|
5
|
2010
|
Runner-Up
|
7
|
6
|
0
|
1
|
17
|
6
|
2012
|
Babak Grup
|
3
|
1
|
1
|
1
|
3
|
4
|
2014
|
Babak Grup
|
3
|
1
|
1
|
1
|
7
|
7
|
Total
|
Terbaik: Runner-Up
|
51
|
26
|
10
|
15
|
133
|
70
|
|
Pertandingan resmi
Di bawah ini adalah daftar cocok dan terperinci pertandingan Indonesia melawan tim yang diakui FIFA.
[6][7]
Staff Kepelatihan
Staff Kepelatihan Saat ini
Manajer |
|
Pelatih Kepala |
Pieter Huistra |
Asisten Pelatih 1 |
|
Pelatih Kiper |
Edy Harto |
Pelatih Fitness |
Keith Gumbs |
Tim Doktor |
Aditya Wahyudi
Zaini Khadafi Saragih |
Fisioterapis |
Mathias Ibo |
Daftar Pelatih Tim Nasional Indonesia
Pemain
Skuat Saat Ini
Berikut ialah 25 nama pemain yang dipanggil untuk
2018 FIFA World Cup qualification melawan Chinese Taipei pada tanggal 11 Juni 2015 dan
Irak pada tanggal 15 Juni 2015.
[14]
Caps dan gol berdasarkan pada tanggal 30 Maret 2015, setelah pertandingan melawan Myanmar.
Baru dipanggil
Para pemain berikut telah dipilih untuk skuad Indonesia dalam 12 bulan terakhir dan masih tersedia untuk seleksi.
Pos. |
Nama pemain |
Tanggal lahir (usia) |
Tampil |
Gol |
Klub |
Panggilan terakhir |
GK |
Andritany Ardhiyasa |
26 Desember 1991 (umur 24) |
1 |
0 |
Persija Jakarta |
AFF training center, 4–10 November 2014 |
GK |
Teguh Amiruddin |
13 Agustus 1993 (umur 22) |
0 |
0 |
Barito Putera |
AFF training center, 4–10 November 2014 |
GK |
Ravi Murdianto |
8 Januari 1995 (umur 21) |
0 |
0 |
Mitra Kukar |
AFF training center, 23-30 Oktober 2014 |
GK |
Yogi Triana |
5 Juli 1994 (umur 21) |
0 |
0 |
Persita Tangerang |
AFF training center, 10-18 Oktober 2014 |
GK |
Shahar Ginanjar |
4 November 1990 (umur 25) |
0 |
0 |
Persib Bandung |
v. Kamboja, 25 September 2014 |
GK |
Aji Saka |
23 Februari 1991 (umur 25) |
0 |
0 |
Gresik United |
v. Nepal, 25 Juni 2014 |
GK |
Choirul Huda |
2 Juni 1979 (umur 36) |
0 |
0 |
Persela Lamongan |
v. ASEAN All-Star, 11 May 2014 |
|
DF |
Hamka Hamzah  |
29 Januari 1984 (umur 32) |
32 |
0 |
Pusamania Borneo |
AFF training center, 4–10 November 2014 |
DF |
Ruben Sanadi |
8 Januari 1987 (umur 29) |
7 |
0 |
Persipura Jayapura |
AFF training center, 4–10 November 2014 |
DF |
Hansamu Yama Pranata |
16 Januari 1995 (umur 21) |
0 |
0 |
Barito Putera |
AFF training center, 23-30 Oktober 2014 |
DF |
Dany Saputra |
1 Januari 1993 (umur 23) |
0 |
0 |
Persija Jakarta |
AFF training center, 10-18 Oktober 2014 |
DF |
Dedi Gusmawan |
18 Februari 1984 (umur 32) |
1 |
0 |
Zeyar Shwey Myay |
v. Kamboja, 25 September 2014 |
DF |
Victor Pae |
7 Februari 1986 (umur 30) |
0 |
0 |
Persija Jakarta |
v. Kamboja, 25 September 2014 |
DF |
Ricardo Salampessy  |
18 Februari 1984 (umur 32) |
23 |
1 |
Persebaya Surabaya |
v. Qatar, 14 Juli 2014 |
DF |
Hasyim Kipuw |
9 Mei 1988 (umur 27) |
4 |
0 |
Persebaya Surabaya |
v. Nepal, 25 Juni 2014 |
DF |
Novan Sasongko |
26 November 1989 (umur 26) |
12 |
0 |
Semen Padang |
v. ASEAN All-Star, 11 May 2014 |
DF |
Diego Muhammad |
8 Agustus 1990 (umur 25) |
3 |
0 |
Mitra Kukar |
v. Kuba, 29 March 2014 |
DF |
Alfin Tuasalamony  |
13 November 1992 (umur 23) |
0 |
0 |
Persebaya Surabaya |
v. Arab Saudi, 5 March 2014 |
|
MF |
Ahmad Bustomi |
13 Juli 1985 (umur 30) |
28 |
0 |
Arema Cronous |
v. Suriah, 15 November 2014 |
MF |
Bayu Gatra |
12 November 1991 (umur 24) |
1 |
0 |
Putra Samarinda |
v. Suriah, 15 November 2014 |
MF |
Tony Sucipto |
12 Februari 1986 (umur 30) |
15 |
1 |
Persib Bandung |
AFF training center, 4–10 November 2014 |
MF |
Hendro Siswanto |
12 Maret 1990 (umur 26) |
5 |
0 |
Arema Cronous |
AFF training center, 4–10 November 2014 |
MF |
Dedi Hartono |
12 Desember 1987 (umur 28) |
3 |
0 |
Barito Putera |
AFF training center, 4–10 November 2014 |
MF |
Paulo Oktavianus Sitanggang |
17 Oktober 1995 (umur 20) |
0 |
0 |
Barito Putera |
AFF training center, 23-30 Oktober 2014 |
MF |
Steven Imbiri |
30 April 1987 (umur 28) |
2 |
0 |
Persiram Raja Ampat |
AFF training center, 10-18 Oktober 2014 |
MF |
Gerald Pangkali |
20 Oktober 1982 (umur 33) |
0 |
0 |
Persipura Jayapura |
v. Nepal, 25 Juni 2014 |
MF |
Asri Akbar |
29 Januari 1984 (umur 32) |
0 |
0 |
Sriwijaya |
v. ASEAN All-Star, 11 May 2014 |
MF |
Imanuel Padwa |
12 Februari 1984 (umur 32) |
0 |
0 |
Persiram Raja Ampat |
v. ASEAN All-Star, 11 May 2014 |
MF |
Slamet Nurcahyono |
11 Juli 1983 (umur 32) |
5 |
0 |
Persepam Madura United |
v. Kuba, 29 March 2014 |
MF |
Amirul Mukminin |
6 Agustus 1984 (umur 31) |
1 |
0 |
Barito Putera |
v. Kuba, 29 March 2014 |
MF |
Rizky Pellu |
26 Juni 1992 (umur 23) |
1 |
0 |
Pelita Bandung Raya |
v. Kuba, 29 March 2014 |
MF |
I Gede Sukadana |
18 Oktober 1987 (umur 28) |
0 |
0 |
Arema Cronous |
v. Arab Saudi, 5 March 2014 |
MF |
Irsyad Maulana |
27 September 1993 (umur 22) |
0 |
0 |
Arema Cronous |
v. Arab Saudi, 5 March 2014 |
|
FW |
Irfan Bachdim  |
11 Agustus 1988 (umur 27) |
26 |
7 |
Consadole Sapporo |
AFF training center, 4–10 November 2014 |
FW |
Ferdinand Sinaga |
18 September 1988 (umur 27) |
7 |
0 |
Persib Bandung |
AFF training center, 4–10 November 2014 |
FW |
Greg Nwokolo  |
3 Januari 1986 (umur 30) |
6 |
1 |
Bec Tero Sasana |
AFF training center, 4–10 November 2014 |
FW |
Ilham Udin Armayn |
10 Mei 1996 (umur 19) |
0 |
0 |
Persebaya Surabaya |
AFF training center, 23-30 Oktober 2014 |
FW |
Maldini Pali |
27 Januari 1995 (umur 21) |
0 |
0 |
PSM Makassar |
AFF training center, 23-30 Oktober 2014 |
FW |
Muchlis Hadi Ning Syaifulloh |
26 Oktober 1996 (umur 19) |
0 |
0 |
PSM Makassar |
AFF training center, 23-30 Oktober 2014 |
FW |
M. Nur Iskandar |
7 Desember 1986 (umur 29) |
5 |
0 |
Semen Padang |
v. Kamboja, 25 September 2014 |
FW |
Anindito Wahyu |
13 April 1988 (umur 27) |
2 |
0 |
Mitra Kukar |
v. Kamboja, 25 September 2014 |
FW |
Tantan |
6 Agustus 1982 (umur 33) |
3 |
0 |
Persib Bandung |
v. Nepal, 25 Juni 2014 |
FW |
Talaohu Musafri |
19 Februari 1982 (umur 34) |
10 |
1 |
Pelita Bandung Raya |
v. ASEAN All-Star, 11 May 2014 |
|
- Notes
Pemain mengundurkan diri dari skuat karena cedera.
Pertandingan dan hasil
Recent results and fixtures
Win Draw Lose
2015
2016
- 1 Bukan pertandingan internasional FIFA 'A'.
Pemain Terkenal
Penampilan Terbanyak
* Bambang Pamungkas caps (gol) 88 (42) termasuk pertandingan non-FIFA (etc. melawan Klub dan Timnas U-23).
Pencetak gol terbanyak
* Bambang Pamungkas caps (gol) 88 (42) termasuk pertandingan non-FIFA (etc. melawan Klub dan Timnas U-23).
Kapten
- Partisipasi Terbanyak di Piala Asia: Hendro Kartiko (1996, 2000, 2004), Ismed Sofyan & Bambang Pamungkas (2000, 2004, 2007)
- Penampilan Terbanyak di Piala Asia: Hendro Kartiko (8)
- Partisipasi Terbanyak di Piala AFF: Bambang Pamungkas (2000, 2002, 2007, 2008, 2010, 2012)
- Penampilan Terbanyak di Piala AFF: Kurniawan Dwi Julianto, Hendro Kartiko, Bambang Pamungkas (21)
- Gol Terbanyak di Piala AFF: Kurniawan Dwi Julianto (13)
Referensi
Pranala luar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar